In-depth

West Ham dan Deretan Proyek Besar Klub Sepak Bola yang Gagal

Minggu, 19 April 2020 20:00 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Grafis: Yanto/INDOSPORT
Tak semua proyek besar klub sepak bola berjalan mulus, nyatanya banyak klub yang kembali terpuruk hanya dalam waktu sangat singkat. Copyright: © Grafis: Yanto/INDOSPORT
Tak semua proyek besar klub sepak bola berjalan mulus, nyatanya banyak klub yang kembali terpuruk hanya dalam waktu sangat singkat.

INDOSPORT.COM - Tak semua proyek besar klub sepak bola berjalan mulus, nyatanya banyak klub yang kembali terpuruk hanya dalam waktu sangat singkat.  

Klub Liga Inggris, Newcastle United, tampaknya akan segera meresmikan status baru mereka sebagai klub kaya baru menyusul pendekatan yang dilakukan Pangeran Mohamed bin Salman.

Pangeran Salman, melalui Dana Investasi Publik Arab Saudi (PIF) telah mengajukan tawaran senilai 300 juta poundsterling, atau kurang lebih Rp5,9 triliun, yang telah disepakati oleh pemilik Newcastle saat ini, Mike Ashley.

Tentu ini sebuah kabar baik bagi fans Newcastle di seluruh dunia. Sebab klub mereka bakal naik derajat bersaing di papan atas Liga Inggris dan Eropa. 

Akan tetapi, Newcastle dan para fans perlu waspada. Pasalnya, tak semua proyek besar klub sepak bola berjalan lancar. 

Kita mungkin menyaksikan kesuksesan Chelsea dan Man City di Inggris. Namun jangan lupakan pula kisah pilu West Ham United. 

Pada pertengahan 2000-an The Hammers sempat digadang-gadang bakal menyusul kesuksesan The Blues setelah mendatangkan dua bintang muda Argentina, Javier Mashcerano dan Carlos Tevez. 

Namun apa daya, proyek tersebut ternyata tidak ada dan West Ham masih setia di papan tengah Liga Inggris. Cerita seperti ini bukan terjadi pada West Ham saja. Berikut ini ulasan lengkapnya 

West Ham United

Pelatih West Ham United di musim 2006-2007, Alan Padrew, pernah melontarkan komentar menarik soal klubnya. Dalam wawancara dengan wartawan, Padrew mengklaim West Ham bakal menyusul kesuksesan Chelsea.

Hal ini sebagai tanggapannya atas keberhasilan klub mendatangkan dua rising star Argentina, Javier Mascherano dan Carlos Tevez. Transfer ini cukup mengejutkan karena tak ada yang menyangka kedua bintang Corinthians itu memilih berlabuh di tim papan tengah Liga Inggris itu. 

Publik sendiri tak mengetahui dengan pasti gambaran kesepakatan antara klub dengan kedua pemain termasuk berapa biaya total transfer yang dikeluarkan.  Namun, masa bodo dengan hal itu, fans The Hammers sudah terlanjur berbunga-bunga. 

Musim berjalan, ternyata semua tak berjalan sesuai rencana. West Ham tampil jeblok di bawah Padrew. Mascherano dan Tevez kesulitan beradaptasi di dalam tim. 

Alan Padrew pun dipecat sebelum Januari dan kedua bintang masa depan Argentina itu meninggalkan Upton Park di akhir musim. 

Belakangan mulai terungkap bahwa klub West Ham hanyalah batu loncatan semata untuk Mascherano dan Tevez. Faktanya, The Hammers tak mengeluarkan uang sama sekali untuk membelinya. 

Adalah Media Sports Investment (MSI) yang bertanggung jawab atas transfer Mascherano-Tevez. Pemilik mayoritas saham klub Corinthians ini secara cuma-cuma memberikan kedua pemain terbaiknya itu untuk bermain di West Ham dengan harapan mendapat ekspos dari klub-klub besar Eropa yang siap membayar mahal. 

Tentu saja West Ham tak mendapatkan keuntungan apa-apa dari penjualan Mascherano-Tevez ke klub lain.

Cara ini memang tak lazim untuk sepak bola masa kini. Pemilikan pihak ketiga ini dianggap merugikan klub. Pemain potensial yang dibina hak ekonominya justru dimiliki orang ketiga. 

Portsmouth

Pada tahun 2008, Portsmouth berhasil mengangkat trofi Piala FA. Bahkan, Portsmouth yang ditangani Harry Redknapp berhasil mengalahkan sang juara Liga Champions, Manchester United di Old Trafford,

Keberhasilan klub meraih prestasi kala itu tak lepas dari pendanaan yang dikeluarkan oleh Alexandre Gaydamak yang membeli klub pada Januari 2006. Intervensi yang tepat membuat klub hampir mengganti seluruh skuat mereka di pertengahan musim.

Selama bertahun-tahun, Portsmouth mendatangkan beberapa pemain besar seperti Lassana Diarra, Peter Crouch, Sulley Muntari, Jermain Defoe, Sylvian Distin, Younes Kaboul, Kevin-Prince Boateng, Nwankwo Kanu, Milan Baros, Glen Johnson, Niko Kranjcar dan Sol Campbell.

Investasi Gaydamak hanya berlangsung singkat.  Karena masalah keuangan, klub terpaksa menjual beberapa pemain bintang mereka termasuk Crouch, Distin, Kranjcar dan Johnson.

Pada 26 Mei 2009, klub menerima tawaran dari pengusaha asal Uni Emirat Arab, Sulaiman Al Fahim. Al Fahim menuntaskan pengambilalihan dan juga ditunjuk sebagai ketua non-eksekutif klub. 

Bersamaan dengan musim yang tengah berjalan, klub malah mengalami kekeringan dana. Pada 1 Oktober, klub mengakui bahwa beberapa staf dan pemain mereka tidak menerima gaji.

Dua hari kemudian, klub diambil alih oleh Ali A-Faraj dengan saham mayoritas 90 persen. Al-Fahim memegang 10% sisanya.

Namun karena kesulitan keuangan di periode sebelumnya, Liga Primer Inggris memberlakukan larangan transfer pada klub. 

Akhirnya, Portsmouth menyelesaikan musim sebagai runner-up di Piala FA namun ditolak masuk ke Liga Europa karena masalah keuangan mereka yang sedang berlangsung.

Portsmouth terdegradasi ke Championship, dan pada tahun 2012 mereka terdegradasi ke English League One. Setahun kemudian mereka turun ke kasta keempat sepak bola Inggris. 

Anzhi Makhachkala

Pada tahun 2011, miliarder Rusia, Suleyman Kerimov, menerima 100% saham di Anzhi Makhachkala dan Kerimov berencana untuk berinvestasi lebih dari 200 juta dolar khusus untuk pengembangan infrastruktur saja.

Klub mulai mengeluarkan banyak uang untuk memboyong pemain sayap Maroko Mbark Boussoufa, Samuel Eto'o dari Inter, Yuri Zhirkov dari Chelsea dan Balazs Dzsudzsak dari PSV. Beberapa pemain tersebut diboyong dengan harga yang cukup mahal.

Anzhi juga mengangkat Guus Hiddink sebagai manajer mereka pada tahun 2011 dan mendatangkan Christopher Samba dengan harga 12 juta Poundsterling dari Blackburn Rovers.

Pada tahun 2012, Roberto Carlos pensiun sebagai pemain dan menjadi direktur klub. Kemudian pada tahun yang sama, klub juga membuka akademi. Pada titik ini, Zenit dan CSKA Moskow sepertinya mendapatkan saingan dari Anzhi untuk meraih gelar liga.

Namun, pada bulan Agustus tahun 2013, Kerimov memutuskan untuk mengurangi anggaran tahunan tim. Menurunnya kesehatan Kerimov menjadi alasan utama hal tersebut. 

Klub akhirnya menjual Samuel Eto'o dan Willian yang pindah ke Chelsea, Lacina Traore ke Monaco, Lassana Diarra dan bintang-bintang lainnya. Anzhi terdegradasi di akhir musim dengan hanya 3 kali menang dan memiliki 20 poin.

Malaga

Klub La Liga Spanyol, Malaga merupakan salah satu tim yang bermain di perempat final Liga Champions pada 2013. Kala itu, Malaga harus tersingkir dengan cara yang tak beruntung yakni gol telat dari tim yang akhirnya melaju ke partai final, Borussia Dortmund.

Malaga pernah terdegradasi pada pertengahan 2000-an dan kembali ke La Liga pada musim 2008/09. Namun, karena masalah keuangan, kemudian presiden klub Fernando Sanz menemukan investor dari Qatar. Akhirnya pada bulan Juni 2010, Sheikh Abdullah be Nasser Al Thani menjadi pemilik baru klub dan presiden.

Perubahan signifikan pun terjadi di skuat Malaga di bawah manajemen baru. Selama beberapa tahun, klub menandatangani pemain hebat seperti Nacho Monreal, Ruud van Nistelrooy, Jeremy Toulalan, Isco, Joaquin, Salomon Rondon, Eliseu, Martin Demichelis, Julio Baptista dan pemain yang didatangkan dengan harga mahal, Santi Cazorla.

Perubahan instan tersebut memberikan hasil sesuai harapan yakni Malaga lolos ke Liga Champions 2012/13 setelah finish di posisi ke-4 di La Liga musim 2011/12.

Namun setelah mengarungi musim yang hebat di Liga Champions musim 2012/13, Malaga lantas seakan jatuh dan hal buruk pun terjadi menimpa klub. Musim berikutnya, Malaga dilarang tampil di kompetisi Eropa karena gagal membayar upah dan tagihan pajak tepat waktu.