In-depth

Bedah Formasi Menjanjikan Juventus di Bawah Simone Inzaghi

Jumat, 26 Maret 2021 15:42 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Marco Rosi - SS Lazio/Getty Images
Simone Inzaghi, pelatih Lazio saat melawan Atalanta Copyright: © Marco Rosi - SS Lazio/Getty Images
Simone Inzaghi, pelatih Lazio saat melawan Atalanta
Bedah Formasi Juventus di Bawah Simone Inzaghi

Kiprah Lazio musim lalu memang tergolong luar biasa. Biancoceleste yang awalnya hanya mengincar empat besar, mendadak masuk ke persaingan scudetto. Meski pada akhirnya mereka finis sesuai target di posisi keempat, hal itu tak mengurangi fakta bahwa Lazio telah bangkit. 

Sosok yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan Lazio tersebut tak lain adalah pelatih mereka, Simone Inzaghi. Inzaghi merupakan salah satu pelatih pendatang baru paling mencuri perhatian di Italia dan Eropa. 

Usai pensiun pada 2010 sebagai legenda Lazio, Simone Inzaghi langsung terjun ke dunia kepelatihan. Ia langsung diberi kepercayaan menukangi menukangi tim junior Lazio. 

Secara bertahap, level kepelatihan Simone Inzaghi mulai meningkat. Simone Inzaghi naik pangkat ke Lazio U-17 pada 2011, dan menanjak lagi ke Lazio U-19 tiga tahun setelahnya.

Kesempatan yang ditunggu-tunggu Simone Inzaghi akhirnya tiba pada 2016. Pengujung musim 2015/16, Simone Inzaghi dipercaya menjadi caretaker Lazio, menggantikan pelatih sebelumnya, Stefano Pioli.

Total di musim debutnya selaku caretaker, Simone Inzaghi menemani skuad Lazio bertanding dalam tujuh laga. Hasilnya, Simone Inzaghi mampu mengantarkan Lazio meraih empat kemenangan dan tiga kali kalah.

Tujuh pertandingan itu ternyata mengesankan manajemen Lazio. Simone Inzaghi lantas diberi kontrak permanen sejak 8 Juli 2016.

Prestasi Simone Inzaghi sejak menjabat sebagai pelatih tetap Lazio, tergolong lumayan. Dua musim awal, Simone Inzaghi secara beruntun mengantarkan Lazio duduk di posisi lima.

Simone Inzaghi sejauh ini telah mampu mengantarkan anak asuhnya menjuarai Coppa Italia 2018/19, serta Piala Super Italia 2017/18, 2019/20. Bahkan, pada musim 2019/20, Simone Inzaghi berpeluang besar membawa Lazio meraih gelar juara Serie A Italia.

Mirip seperti Antonio Conte, Simone Inzaghi merupakan pelatih yang fanatik pada skema 3-5-2. Menggunakan formasi tersebut, Simone Inzaghi sudah menemani Lazio bertanding sebanyak 182 kali, dengan rincian 100 kali kemenangan, 33 imbang, dan 49 kekalahan.

Jika benar musim ia melatih Juventus, maka bisa dipastikan Inzaghi akan kembali mengadopsi formasi 3-5-2 di skuad Si Nyonya Tua. Formasi 3-5-2 sendiri terbilang formasi kuno di sepak bola. Namun, di tangan Inzaghi formasi ini masih tetap relevan dan ditakuti. 

Fakta ini sebetulnya cukup menguntungkan Juventus. Sebab, selama dibesut Conte dan Allegri Juventus sangat familier dengan formasi ini. Bahkan, skema tiga bek sempat identik dengan Juventus yang menghadirkan trio BBC (Bonucci, Barzaglo, dan Chiellini). 

Dengan menggunakan formasi saat ini, Juventus masih memiliki bek-bek yang mumpuni. Mereka bisa memainkan Leonardo Bonucci/Matthijs de Ligt di tengah yang diapit oleh Demiral dan Danilo. 

Itu artinya pemain berposisi bek sayap seperti Frabotta dan Cuadrado akan dikorbankan. Meski begitu, keduanya bisa saja dimainkan dengan catatan posisinya bakal lebih dinaikkan ke depan. 

Dengan formasi 3-5-2, lini tengah Juventus bisa diisi oleh Federico Chiesa yang ditarik mundur menjadi gelandang kiri, lalu ada Bentancur/Rabiot, McKennie, dan Arthur di tengah, dan ditutup dengan Cuadrado di pos gelandang kanan. 

Sementara lini depan menjadi duet Cristiano Ronaldo dan Alvaro Morata. Posisi Morata bisa juga digantikan oleh Paulo Dybala. 

Formasi 3-5-2 seperti ini sebetulnya pernah beberapa kali dipakai Andrea Pirlo di awal musim. Hasilnya pun tak mengecewakan. Namun, seakan ogah meniru Conte, Pirlo lebih memilih membuat formasi baru yakni 4-4-2. 

Dinamika Formasi 3-5-2

Bermain dengan formasi 3-5-2 itu artinya Juventus akan menekankan pada pertarungan di lini tengah. Formasi ini menawarkan keseimbangan yang bagus saat bertahan dan menyerang. 

Prinsip yang dianut Simone Inzaghi adalah jumlah pemain bertahan sebisa mungkin sama dengan jumlah pemain yang menyerang. Tiga bek di lini belakang akan bermain lebih rapat dan berkonsentrasi untuk bertahan sambil sesekali mengambil keputusan membantu serangan. 

Satu gelandang tengah akan fokus pada pertahanan. Sedangkan masing-masing dua gelandang di kanan dan kiri akan diprioritaskan pada penyerangan. Namun, ketika lawan menyerang, kedua gelandang di kiri dan kanan harus membantu dengan ikut mundur. 

Dengan begitu, transisi serangan dan bertahan di tim Juyentus asuhan Simone Inzaghi akan lebih efektif. Hal ini diyakini bisa menjadi solusi Juventus untuk berjaya di Eropa dan Liga Italia