In-depth

2 Hal Yang Bisa Dipelajari Dari Kegagalan Amerika di FIBA World Cup 2019

Sabtu, 14 September 2019 15:09 WIB
Penulis: Ridi Fadhilah Khan | Editor: Yohanes Ishak
© Zhizhao Wu/Getty Images
Tim Amerika Serikat di FIBA World Cup 2019 mendapat arahan dari pelatih mereka, Gregg Popovich (merah) Copyright: © Zhizhao Wu/Getty Images
Tim Amerika Serikat di FIBA World Cup 2019 mendapat arahan dari pelatih mereka, Gregg Popovich (merah)

INDOSPORT.COM - Dalam ajang FIBA World Cup 2019. Sebuah hasil yang mengejutkan menimpa Timnas basket Amerika Serikat yang terhenti di babak perempat final. 

Seperti yang sudah diketahui, dalam edisi FIBA World Cup kali ini, Timnas basket Amerika, yang merupakan juara bertahan dalam dua edisi sebelumnya, tak kuasa mengamankan statusnya tersebut usai dikalahkan oleh Prancis dan Serbia.

Kekalahan ini tentu saja menyakitkan, mengingat negara Pam Sam dikenal sebagai salah satu negara yang paling berjaya di dunia basket. 

Terlebih, dengan adanya kompetisi bergengsi basket seantero dunia, NBA, serta statusnya sebagai juara bertahan FIBA World Cup di dua edisi sebelumnya.

Tak sedikit yang menyalahkan Gregg Popovich, selaku pelatih utama, yang tidak memanggil pemain-pemain bintang, seperti Stephen Curry, dan lebih senang memanggil pemain berlabel "B", seolah-olah meremehkan ajang ini.

Naasnya lagi, selama FIBA World Cup 2019, Timnas Amerika juga mengalami berbagai masalah. Salah satunya, cedera yang dialami oleh Jason Tatum dimana sang pemain harus absen dalam empat pertandingan.

Yang paling menyakitkan, tak lain adalah Timnas Amerika harus bersaing dengan Polandia untuk memperebutkan peringkat ketujuh.

Bagaimana tidak? Timnas Amerika yang dikenal sebagai The Dream Team, dua kali juara berturut-turut FIBA World Cup harus bersaing untuk peringkat ketujuh?

Walau begitu, dibalik kegagalan Timnas basket Amerika, sejatinya terdapat pembelajaran yang sangat penting untuk mereka di kemudian hari. Begitupula untuk industri basket dunia. 

Jangan Jemawa

© GETTY IMAGES
Caption Copyright: GETTY IMAGESTimnas AS saat menjuarai FIBA World Cup 2015.

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga. Peribahasa ini sepertinya cocok untuk menggambarkan kondisi timnas basket Amerika saat ini. 

Bagaimana tidak? Negara yang dikenal sebagai surganya penghasil pebasket hebat, justru harus terpuruk pada edisi kali ini.

Terlebih, Amerika yang dikenal dengan segudang prestasi yang dimilikinya harus puas untuk bersaing di peringkat ketujuh. Pertanyaan pun muncul, bagaimana bisa sebuah tim nasional yang sangat-sangat berprestasi bisa terpuruk?

Tentu jawabannya ada pada paragraf pertama. Ini adalah waktunya bagi timnas Amerika untuk kembali ke tanah, untuk kembali merendah setelah bertahan lama di puncak dunia basket.

Sekaligus menjadi pembelajaran untuk negara lainnya yang sedang berkembang untuk tidak jemawa ketika sedang berada di puncak prestasinya.

Munculnya Peta Persaingan yang Baru

© FIBA
Selebrasi para pemain Argentina usai menumbangkan Serbia di babak perempatfinal FIBA World Cup 2019. Copyright: FIBASelebrasi para pemain Argentina usai menumbangkan Serbia di babak perempatfinal FIBA World Cup 2019.

Dengan hancurnya kondisi timnas basket Amerika. Tak bisa bisa dipungkiri lagi bahwa akan hadir peta persaingan baru dalam dunia basket dunia. 

Pernyataan itu tentu saja berdasarkan fakta yang terjadi pada ajang FIBA World Cup 2019. Munculnya negara-negara kuda hitam menjadi salah satu alasannya. 

Prancis, Spanyol, Argentina, Austalia, Serbia hingga Republik Ceko, sukses mengejutkan para penikmat basket saat ini dengan keberhasilan mereka yang bisa melenggang lebih jauh daripada timnas Amerika.

Terlebih untuk Argentina. Tak ada yang menyangka, timnas yang diisi oleh pemain-pemain lokal, dan tiga punggawa Real Madrid, bisa melenggang ke putaran final. Begitupula dengan Prancis yang seketika berubah menjadi tim yang kuat pada ajang kali ini.

Kini, laga final FIBA World Cup 2019 akan menyajikan antara Timnas Spanyol vs Timnas Argentina yang digelar hari Minggu (15/09/19) besok. Menariknya lagi, kedua tim ini sama-sama baru sekali menjadi juara sehingga tentunya mereka akan mengincar gelar kedua mereka di kompetisi ini.