In-depth

Kaukasus Utara: Sejarah Kekerasan dan Taklukkan Dunia Lewat MMA

Kamis, 21 Mei 2020 18:19 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© rbth.com
Masyarakat Kaukasus Utara di Rusia menempati baris terdepan dalam olahraga bela diri Mixed Martial Arts (MMA). ternyata ada alasan khusus di balik hal itu. Copyright: © rbth.com
Masyarakat Kaukasus Utara di Rusia menempati baris terdepan dalam olahraga bela diri Mixed Martial Arts (MMA). ternyata ada alasan khusus di balik hal itu.

INDOSPORT.COM - Masyarakat Kaukasus Utara di Rusia menempati baris terdepan dalam olahraga bela diri Mixed Martial Arts (MMA). ternyata ada alasan khusus di balik hal itu. 

Petarung UFC asal Rusia, Khabib Nurmagomedov, memang tak pernah habis untuk dibicarakan. Namanya semakin berkibar sebagai petarung MMA papan atas setelah berhasil mempertahankan sabuk juara kelas ringan UFC usai mengalahkan  Conor McGregor.

Meski begitu, tak banyak yang tahu jika kehebatan Khabib sebagai petarung MMA tak terlepas dari tanah kelahirannya di Dagestan. Republik Dagestan merupakan salah satu negara federal dalam kekuasaan Rusia yang secara geografis di atas pegunungan Kaukasus Utara. 

Masyarakat Kaukasus Utara di Rusia menempati baris terdepan dalam olahraga bela diri Mixed Martial Arts (MMA). Meski begitu, wilayah ini merupakan salah satu daerah yang paling sering dilanda konflik di muka bumi. 

Sejarah Konflik Kekerasan

Selain sebagai penghasil petarung-petarung kelas dunia, ternyata sejarah konflik yang panjang juga melekat pada wilayah Kaukasus Utara. 

Konflik ini terjadi baik internal maupun eskternal. Selama berabad-abad telah terjadi konflik antarsesama penduduk lokal di perbatasan Kaukasus.

Proses pencaplokan wilayah Dagestan oleh Rusia juga melahirkan serangkaian konflik berdarah. 

Pada masa sebelum Perang Dunia II usaha genosida terhadap etnis Circassian pernah dilakukan yang menyusul migrasi penduduk ke Asia Tengah dan Siberia. 

Pada Perang Dunia II, pemimpin Rusia, Joseph Stalin, pernah mengusir sebagian etnis di wilayah Kaukasus Utara karena dianggap bekerja sama dengan NAZI. 

Teranyar, pada 90-an lalu meletus konflik di Kaukasus Utara menyusul tumbangnya Uni Soviet. Perang Chechnya pertama dimulai pada tahun 1994 dan memuncak dalam pertempuran Grozny selama dua bulan yang menyebabkan puluhan ribu kematian warga sipil. 

Konflik antara penduduk asli dengan pemerintahan Rusia kembali meletus pada 1996 sebelum akhirnya ditutup dengan gencatan senjata. 

Konflik bukan saja terjadi antara penduduk dengan pemerintah Rusia, melainkan juga pertempuran melawan serangan teroris. 

Konflik menyebar di Dagestan pada 1999 ketika kaum Islam radikal menyerang wilayah tersebut dengan dukungan simpatisan separatis setempat. 

Meski akhirnya bisa diredam, namun serangan dalam bentuk teror itu telah menghilangkan ribuan nyawa. Konflik berkembang sedemikian rupa hingga berujung pada meletusnya konflik Checnya yang kedua antara jihadis Islam melawan pemerintahan Rusia. 

Dalam perang yang seakan tak kunjung berakhir dalam dua dekade itu, puluhan ribu nyawa baik itu dari militan, sipil, maupun pasukan Rusia harus melayang.

Pemerintah Rusia yang represif telah menekan kekuatan kaum nasionalis lokal di Kaukasus Utara maupun para militan Muslim di sana. Serangan-serangan bom pun terasa biasa-biasa saja di masa tersebut. 

Budaya Patriarki 

Di samping terlibat konflik yang berkepanjangan, masyarakat di Kaukasus Utara ternyata juga memiliki ketertarikan khusus dalam bela diri. Ternyata ada alasan tertentu mengapa wilayah ini menjadi pemasok para petarung nomor satu dunia. 

Selain Khabib, pegunungan Kaukasus Utara juga menghasilkan petarung-petarung bela diri hebat seperti Rustam Khabilov, Ali Bagautinov, dan Adlan Amagov. 

Faktanya, pegunungan di selatan Rusia ini tak cuma pusat petarung MMA, tetapi juga bela diri lain seperti gulat dan Thai Boxing. 

Ada sebab khusus mengapa wilayah ini menjadi pusat petarung bela diri dunia. Salah satu faktor utamanya adalah budaya patriarki yang mengakar di masyarakat Kaukasus. 

Rusia pada dasarnya sudah identik dengan olahraga seni bela diri. Namun budaya Patriarki di masyarakat Kaukasus seakan menyempurnakannya. 

Sejak kecil, anak-anak di Kaukasus sudah didoktrin bahwa seorang pria itu adalah petarung. Untuk itu mereka dituntut untuk bisa melindungi diri sendiri dan keluarga mereka. 

Seperti dilansir dari laman Russia Beyond, anak-anak sekolah di sana tidak menghabiskan waktu istirahat dengan nongkrong-nongkrong, melainkan berlatih senam bela diri.

Kompetisi sudah dibangun sejak dini. Bahkan, sebagian dari petarung MMA di Kaukasus Utara berlatih dengan bertarung melawan anak beruang.

© Mike Roach/Zuffa LLC via Getty Images
Petarung UFC Khabib Nurmagomedov (MMA). Copyright: Mike Roach/Zuffa LLC via Getty ImagesPetarung UFC Khabib Nurmagomedov (MMA).

Metode ini pernah dipakai dalam latihan Khabib Nurmagomedov semasa kecil. Khabib diperintahkan oleh ayahnya untuk bertarung melawan anak beruang. 

Meski tak semua pria di Kaukasus Utara menjadi seorang petarung, namun sejak dini mereka diajarkan bahwa seorang pria harus menjadi yang terkuat dan mampu bertahan. 

Jadi, apabila seorang pria memilih menjadi yang tercerdas, ia tetap sama sekali tak boleh menunjukkan kelemahannya.