In-depth

Mengenang Herlina Kasim, Sang Kartini dalam Sepak Bola Indonesia

Sabtu, 27 April 2019 19:48 WIB
Penulis: Martini | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© INDOSPORT
Caprina Bali FC Copyright: © INDOSPORT
Caprina Bali FC
Besarkan Caprina FC dan Tolak Gelar Pahlawan

Sayangnya karena manajemen yang turut berganti dan cukup banyak campur tangan dari berbagai pihak, pembinaan para pemain menjadi kendor dan sejumlah pemain merapat ke klub Galatama lainnya. Meski demikian, beberapa pemain tetap loyal di Caprina FC dengan gaji seadanya.

“Dulu uangnya nggak ada, kita dapat uang 20 ribu. Gaji kita 20 ribu tapi kita necis aja, pakaian dikasih, baju dikasih sama Ibu, apa yang kekurangan dari Ibu. Sekarang pemain bola nggak ada (seperti itu), gaji besar, apa-apa besar, tidak kayak dulu. Dulu main bola (pakai) hati kita, kalau kita lain klub aja, biar satu keluarga lain klub sama saya, tetap saya bela klub saya,” cerita Katmija.

“Dulu setelah kakak-kakak kita banyak yang ke tim lain Galatama, kita ditinggal nggak ada orang, akhirnya Ibu pakai anak-anak Indonesia Timur. Dulu hangus, lapangan kalau di foto hitam semua. Lambat laun, kompetisi harus berjalan. Galakarya, Divisi Utama di Timur juga, kompetisi di Sukabumi juga kita, terus Galatama harus (ikut),” tambah Fansi Noor Latco.

Demikian pula dengan anak perempuan dari Herlina, Soebiyati Jaka yang lahir di Makassar turut mengenang jasa sang ibu yang tak ingin dianggap sebagai pahlawan. Soebiyati bahkan kerap kali mendengar permintaan ibunya yang tak ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

“Selalu dia wanti-wanti jangan berharap untuk dimakamkan di makam pahlawan, jangan bangga untuk heboh, riya. Ibu maunya di makam yang deket saja, yang jauh nggak usah. Misalnya Ibu meninggal di luar negeri ya sudah dimakamin di sana, nggak usah bingung untuk dibawa pulang.”

Meski mendapat apresiasi dari Presiden Soekarno atas perjuangannya tersebut, namun Herlina Kasim tak lantas memanfaatkan statusnya untuk meraih hal-hal duniawi.

“Terus kan mestinya ibu dapat pensiun, tapi ibu bilang, kamu itu pejuang, kalau sudah jadi pejuang benar-benar memang itu dikembalikan. Itu (pensiun) tidak penting, tapi karena Ibu memang benar-benar banyak yang memerlukan, waktu penjajahan itu banyak yang cacat, masih banyak yang diperlukan, dia berjuang tidak untuk mencari jasa,” tutupnya.

Kiranya masih banyak catatan sejarah yang ditorehkan oleh sosok wanita kelahiran pejuang tersebut, namun ia menghembuskan nafas terakhir karena sakit dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto pada 17 Januari 2017, dan dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur.

Mengenang Herlina Kasim, Sang Kartini Sepak Bola Indonesia

Ikuti Terus Update Informasi Seputar Sepak Bola Indonesia Hanya di INDOSPORT.COM.