In-depth

Salah Paham Theresa May ke Liverpool dan Mimpi Buruk Brexit untuk Liga Primer Inggris

Sabtu, 11 Mei 2019 10:54 WIB
Editor: Matheus Elmerio Giovanni
© INDOSPORT/GREGAH
Brexit ancam Liga Primer Inggris, berikut ulasannya dari INDOSPORT. Copyright: © INDOSPORT/GREGAH
Brexit ancam Liga Primer Inggris, berikut ulasannya dari INDOSPORT.
Brexit, Mimpi Buruk Liga Primer Inggris!

Seperti yang tertulis di judul, Theresa May nampaknya salah paham dengan komentarnya yang mengaitkan kemenangan Liverpool atas Barcelona dengan Brexit, yang sejauh ini masih buntu untuk direalisasikan.

Brexit sendiri nyatanya jika benar-benar diterapkan akan menjadi kerugian teramat besar untuk Liga Primer Inggris. Liga Primer Inggris merupakan salah satu liga yang mendapat invasi gila-gilaan untuk stakeholder asing, baik itu para pelatih ataupun para pemain bintang asing.

Keglamouran yang dimiliki Liga Primer Inggris juga salah satunya dikarenakan keberadaan para pemain bintang yang bukan asli Inggris, yang memilih kompetisi terbaik dunia itu sebagai pelabuhan kariernya.

Namun jika Brexit nantinya jadi dilakukan oleh Inggris, Liga Primer Inggris tentu harus rela kehilangan keglamouran tersebut. Para pemain asing terbaik dunia, pelatih-pelatih terbaik dunia, bahkan para investor asing bisa-bisa cabut dari Liga Primer Inggris.

Kenapa? karena kebijakan Brexit tidak melulu urusan politik melainkan punya pengaruh juga nantinya pada sepak bola Inggris. Brexit akan membuat industri sepak bola Inggris mengalami pengurangan pemain dan stakeholders asing di Liga Inggris.

Padahal para stakeholders asing inilah yang membuat Liga Champions akan diramaikan oleh dua tim asal Liga Primer Inggris, yakni Tottenham Hotspur vs Liverpool. 

Peran Besar Stakeholders Asing di Liga Primer Inggris

© Michael Steele/Getty Images
Jurgen Klopp dan Pep Guardiola. Copyright: Michael Steele/Getty ImagesJurgen Klopp dan Pep Guardiola, manajer non Inggris yang sukses di klubnya masing-masing, Liverpool dan Manchester City.

Di Tottenham, ada manajer jenius mereka, Mauricio Pochettino yang terlihat menangis haru karena membawa anak-anak asuhannya lolos ke final Liga Champions untuk pertama kali dalam sejarah klub. Belum lagi gol injury time Lucas Moura yang masih sering kita putar secara berulangkali ke gawang Ajax Amsterdam.

Sementara Liverpool, dibantu oleh Divock Origi, striker berkebangsaan Belgia yang juga keturunan Kenya dengan dua golnya ke gawang Barcelona. Dua gol lagi dicetak oleh Georginio Wijnaldum, pemain Timnas Belanda berdarah Suriname.

Untuk manajer, Liverpool memiliki sosok vokal seperti Jurgen Klopp. Pelatih asal Jerman yang terbilang sangat sukses membawa Liverpool ke final Liga Champions dalam dua musim beruntun. Bahkan rumor yang beredar, Klopp akan segera diperpanjang kontraknya oleh Liverpool hingga 2024.

Klopp, pelatih enerjik ini pun mengaku muak dengan kebijakan Brexit yang terus diupayakan oleh pemerintahan Inggris hingga saat ini. Bagaimana tidak, trio ganas Liverpool yakni Roberto Firmino, Sadio Mane dan Mohamed Salah yang sudah mencetak total 46 gol untuk The Reds, ketiganya adalah non Inggris dan bisa berdampak Brexit nantinya.

"Untuk Inggris, tentu saja klub-klub besar Inggris di Inggris ingin bertahan, dengan segala yang mereka miliki di Eropa," ucap Klopp ketika ditanyai komentarnya terkait Brexit.

© Getty Images
Empat wakil Inggris di partai final Copyright: Getty ImagesEmpat wakil Inggris di partai final

Peran besar para stakeholders asing di sepak bola Inggris makin tak terbantahkan ketika final Liga Europa dipastikan juga akan mempertemukan dua klub dari Inggris, Arsenal vs Chelsea.

Arsenal dilatih oleh pelatih asal Spanyol, Unai Emery dan lolos karena hattrick Pierre-Emerick Aubameyang dan satu gol dari Alexandre Lacazette. Keduanya jelas, bukan pemain Inggris.

Belum lagi Chelsea, yang dilatih oleh Maurizio Sarri, pelatih asal Italia yang didatangkan manajemen untuk membangkitkan skuat The Blues. Terlibat adu penalti di semifinal Liga Europa, gol kemenangan Chelsea dicetak oleh Eden Hazard, ya, dia bintang Timnas Belgia.

Tidak hanya empat tim Inggris yang akan mewarnai babak final dua kompetisi sepak bola terelit di Eropa. Dua tim besar Inggris lainnya, Manchester United dan Manchester City juga merasakan efek positif dari kehadiran para stakeholders sepak bola yang non Inggris.

Selain itu, kerugian bukan hanya karena membatasi ruang gerak para stakeholders asing di Liga Primer Inggris, adanya Brexit juga membuat harga pemain top dunia non Inggris melonjak naik karena kelemahan poundsterling pada Euro.

Ini harus diwaspadai, karena jika klub-klub berusaha menyanggupi kenaikan harga pemain non Inggris, Financial Fair Play menanti mereka. Ya, FFP merupakan kebijakan UEFA untuk mengatasi manuver transfer klub-klub Eropa yang berlebihan mengeluarkan uang dalam belanja pemain.

Setelah melihat ulasan tentang apa yang akan terjadi pada sepak bola Inggris, khususnya Liga Primer Inggris saat Brexit diterapkan, jelas sekali Theresa May salah paham. Dia benar-benar tidak tahu apa yang dia bicarakan soal Brexit dan kejayaan Liverpool di Liga Champions musim ini.

Kita lihat saja kebenaran dari dampak-dampak yang dijelaskan di atas jika Brexit nantinya benar dilakukan Inggris. Semoga kualitas Liga Primer Inggris sebagai liga sepak bola terbaik dunia, tidak hilang begitu saja karena Brexit.

Rully Nere Pusing Ada Timnas Wanita Mendadak Hamil

Terus Ikuti Berita Sepak Bola Liga Inggris Lainnya Hanya di INDOSPORT