Liga Champions

Jatuh Setelah Berkuasa, Ramaccioni: Tuhan Iri dengan AC Milan

Senin, 20 April 2020 18:30 WIB
Penulis: I Made Dwi Kardiasa | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT/Getty Images
AC Milan jatuh setelah berpotensi berkuasa di Liga Champions sebelum akhirnya tunduk dari Liverpool. Eks direktur klub, Silvano Ramaccioni salahkan Tuhan. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT/Getty Images
AC Milan jatuh setelah berpotensi berkuasa di Liga Champions sebelum akhirnya tunduk dari Liverpool. Eks direktur klub, Silvano Ramaccioni salahkan Tuhan.

INDOSPORT.COM - AC Milan terkesan sempat berada diatas angin dan mampu berkuasa di masa-masa keemasaanya di Liga Champions. Meski demikian mereka justru jatuh dan Silvano Ramaccioni selaku eks direktur menyalahkan Tuhan.

AC Milan sempat memiliki masa-masa gemilang dimana mereka bisa menang Scudetto pada 2004, UEFA Super Cup 2004, dan Supercoppa Italiana 2005. Segala macam penghargaan itu mampu didapatkannya lewat kombinasi apik susunan pemain.

Banyak pemain legendaris yang membuat AC Milan kian berjaya sepanjang musim 2004-2005 sebut saja Paolo Maldini, Andrea Pirlo, Kaka, dan Andriy Shevchenko. Kehadiran Carlo Ancelotti selaku pelatih pun lantas membuat Ramaccioni sang mantan direktur merasa bangga atas pencapaian klub.

"Kami sempat menangkan Scudetto dengan Arrigo Sacchi, mengalahkan Napoli di Stadio San Paolo, lalu menangkan piala Eropa, dan Piala Intercontinental. Saya merasa bangga bekerja dengan banyak pelatih dan pemain yang hebat kala itu," ucap Ramaccioni dilansir Football Italia.

Tapi sayang meskipun memiliki predikat langganan juara, ada satu kejadian tak lazim ketika mereka gagal pada gelaran Liga Champions. Bagaimana tidak, pada babak pamungkas kompetisi Eropa itu, AC Milan tunduk secara dramatis lewat adu penalti dan gagal sabet juara, padahal lebih dulu memimpin.

"Saya masih tak percaya dan yakin kekalahan kami saat itu karena Tuhan merasa iri, itu penjelasan yang pasti. Pada babak pertama, kami sangat luar biasa dan tanpa ada indikasi kami bakal berbalik kalah hanya enam menit setelah turun minum," tambahnya.

Ucapan Ramaccioni itu cukup beralasan karena AC Milan mampu tampil gemilang ketika Maldini buka keunggulan selang semenit dan disambar brace Hernan Crespo. Akan tetapi pada babak kedua kedudukan berubah ketika Liverpool menyamakan kedudukan setelah tertinggal tiga gol.

Imbang 3-3 memaksa pertandingan ditentukan lewat adu penalti, dan sayangnya AC Milan justru kelabakan ketika sepakan Shevchenko gagal menembus Jerzy Dudek hingga penalti berakhir 2-3. Beruntung pada Liga Champions setahun kemudian mereka bisa balas dendam dan sukses curi gelar juara dari Liverpool dengan skor 2-1.