Liga Indonesia

Pulang ke Payakumbuh, Pelatih Mitra Kukar Pilih Berkebun

Kamis, 21 Mei 2020 10:05 WIB
Penulis: Nofik Lukman Hakim | Editor: Lanjar Wiratri
© Aldi Aulia Anwar/INDOSPORT
Pelatih Mitra Kukar, Jafri Sastra, punya kegiatan alternatif selama kompetisi Liga 2 2020 dihentikan. Jafri mencari keringat dengan mengerjakan kebun jeruknya di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Copyright: © Aldi Aulia Anwar/INDOSPORT
Pelatih Mitra Kukar, Jafri Sastra, punya kegiatan alternatif selama kompetisi Liga 2 2020 dihentikan. Jafri mencari keringat dengan mengerjakan kebun jeruknya di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.

INDOSPORT.COM - Pelatih Mitra Kukar, Jafri Sastra, punya kegiatan alternatif selama kompetisi Liga 2 2020 dihentikan. Jafri mencari keringat dengan mengerjakan kebun jeruknya di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.

Bukan hal mudah bagi seorang pelatih ketika tak ada kegiatan lebih dari dua bulan. Pasalnya, pelatih terbiasa bekerja hampir 24 jam untuk tugas melatih di lapangan, menyiapkan program hingga menganalisis kekuatan lawan.

Hal ini dirasakan Jafri Sastra. Biasanya, ketika libur kompetisi dan pulang ke Payakumbuh, Jafri bisa ikut pertandingan silaturahmi mantan pesepakbola asal Sumatera Barat. Namun, pertandingan itu kini ditiadakan.

"Dua bulan ini benar-benar full tanpa kegiatan sepak bola. Kangen rasanya balik ke lapangan lagi, tapi situasi memang belum memungkinkan. Sekarang saya cari keringat dengan berkebun aja," ucap Jafri Sastra, Rabu (20/05/20).

Jafri mengatakan kebun ini ditanami sekitar 60 pohon jeruk. Meski bukan sebuah kebun yang luas, namun aktivitas ini menjadi penghibur ketika pemerintah menyerukan physical distancing untuk memutus pandemi virus corona.

"Sempat ada dua pertandingan silaturahmi, tapi setelah itu tidak dilanjutkan lagi. Kita menghormati petugas yang mengimbau agar tidak ada keramaian. Semoga dengan ini corona cepat selesai," tutur Jafri Sastra.

Kegiatan ini cukup ampuh mengusir kebosanan. Setelah Mitra Kukar melawan Martapura FC, 15 Maret 2020 lalu, seluruh awak tim Naga Mekes meninggalkan Tenggarong, karena kegiatan ditiadakan.