In-depth

Stop Sia-siakan Jack Grealish di Timnas Inggris, Southgate!

Kamis, 15 Oktober 2020 18:35 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Twitter England
Mengupas kekejaman Gareth Southgate yang mengesampingkan Jack Grealish kendati dirinya playmaker terbaik Timnas Inggris saat ini. Copyright: © Twitter England
Mengupas kekejaman Gareth Southgate yang mengesampingkan Jack Grealish kendati dirinya playmaker terbaik Timnas Inggris saat ini.

INDOSPORT.COM – Timnas Inggris secara memalukan harus menelan kekalahan dari Timnas Denmark pada ajang UEFA Nations League 2020. Kekalahan ini membuat Gareth Southgate mendapat kritikan karena tak menurunkan Jack Grealish sejak menit pertama.

Pada laga yang berlangsung di Stadion Wembley tersebut, Inggris bermain buruk. Tak adanya figur kreator dan buruknya koordinasi di lini tengah membuat The Three Lions tersungkur di kandangnya.

Belum lagi pertahanan Inggris menjadi sorotan usai Harry Maguire di kartu merah wasit. Tak hanya bek Manchester United itu, Reece James yang merupakan wonderkid Chelsea juga di kartu merah namun setelah peluit panjang dibunyikan.

Kacaunya permainan Inggris sepanjang 90 menit tak lepas dari uji coba Southgate yang mencoba memainkan formasi 3-4-2-1 di mana Harry Kane di lini depan ditopang oleh dua pemain muda, Marcus Rashford dan Mason Mount.

Sedangkan di belakang ketiganya ada dua gelandang jangkar pada sosok Kalvin Phillips dan Declan Rice yang diapit oleh dua wing back yakni Ainsley Maitland-Niles dan Reece James.

Buruknya taktik yang diterapkan Southgate sendiri kian diperparah dengan fakta bahwa saat Timnas Inggris tumbang di laga melawan Denmark di karenakan tak adanya alur serangan yang membahayakan gawang tim tamu.

Mason Mount dan Marcus Rashford tak mampu menciptakan peluang untuk Harry Kane di lini depan. Sebagaimana diketahui, kedua pemain ini tak memiliki kreatifitas di level klub.

Keputusan Gareth Southgate pun mulai dipertanyakan kapasitasnya oleh publik Inggris. Apalagi Jack Grealish yang merupakan playmaker murni di skuat The Three Lions malah dicadangkan dan bahkan tidak diturunkan.

Apa yang Southgate tunjukkan kepada Grealish sebenarnya jauh dari kata adil. Selama ini, pria berusia 50 tahun itu dipuja karena kerap memberi debut kepada para pemain asal Inggris dan menembus semifinal Piala Dunia 2018.

Perlahan, statusnya sebagai juru selamat dan pria yang tepat untuk menangani Inggris dipertanyakan dengan sikapnya kepada Grealish.

Sebagai informasi, Grealish pertama kali dipanggil ke tim senior Inggris pada September 2020 lalu. Ia dipanggil pun bukan karena performa apiknya melainkan karena Marcus Rashford cedera.

Debut pemain berusia 25 tahun ini pun baru didapatkan pada saat melawat ke markas Denmark. Ia pun hanya bermain selama 14 menit di laga debutnya.

Debutnya sebagai starter pun diberikan pada laga persahabatan melawan Wales di mana ia bermain selama 76 menit. Di laga itu, Grealish bermain apik dan memberi satu assist. Namun Southgate malah memuji Mason Mount yang masuk sebagai pemain pengganti.

“Saya amat puas dengan dirinya (Grealish) dan ia tentu senang menjadi starter. Mason Mount masuk di posisi yang sama, sekali lagi saya berpikir ia memberikan dampak luar biasa dengan pressingnya dan passingnya yang cepat dan membuat 2-3 peluang,” ujar Southgate.

Lihatlah jawaban Southgate tersebut. Grealish yang mendapat Man of the Match saat itu malah diabaikan performanya dan malah menitikberatkan pada peran Mount yang masuk pada menit ke-58 atau setelah Inggris unggul dua gol.

Padahal secara statistik di kancah liga yang menjadi tolak ukur pemain dipanggil Timnas atau tidak, Grealish lebih superior ketimbang Mount yang merupakan pemain yang berposisi sama.

Di kancah Liga Inggris musim 2020/21 ini saja, Grealish telah mencetak tiga gol dan tiga assist. Bahkan ia menjadi aktor utama di saat Aston Villa membantai Liverpool di mana ia mencetak dua gol dan tiga assist.

Bandingkan dengan Mason Mount yang baru mencetak satu gol serta satu assist saja dan malah kerap mendapat kritikan dari fans Chelsea karena performanya yang buruk dan bermodalkan stamina serta pressing tinggi.

Bahkan perlakuan Southgate yang menganak tirikan Grealish benar-benar terlihat saat Inggris hanya mampu menciptakan empat sepakan ke arah gawang Denmark dan kalah dalam penguasaan bola.

Hadirnya Mount yang menggantikan peran Grealish sebagai presser atau penekan pertahanan lawa pun tak terlihat karena bola yang tercover karenanya atau olehnya tak lebih banyak dari apa yang dilakukan Denmark.

Padahal soal Ball Recoveries, Grealish di Liga Inggris musim lalu unggul jauh dari Mount dengan 5,3 kali mendapat bola dari pressing per laga dibandingkan dengan catatan Mount yang dianggap jago pressing dengan catatan 4,5 kali per laganya.

Pun Grealish unggul atas Mount dalam percobaan membuat peluang dengan rataan sebesar 2,6 peluang per laga. Poin inilah yang hilang dari starting line up Inggris di laga melawan Denmark.

Mungkin, ada baiknya Southgate mulai mencari cara untuk memasukkan Grealish ke dalam formasi patennya. Apalagi Euro 2021 masih terbilang lama.

Dan satu lagi, Gareth Southgae ada baiknya mencerna ucapan Kevin De Bruyne selaku playmaker terbaik Liga Inggris musim lalu yang memuji tinggi peran Jack Grealish walau tim yang ia bela musim lalu berkutat di papan bawah dan hampir terdegradasi.

“Saya menilainya (Grealish) dengan tinggi. Dia adalah seseorang yang saya sebut sebelumnya di Manchester City ketika berbicara kepada rekan-rekanku (asal Inggris).

“Di Inggris, mereka berbicara soal masalah kreatifitas di lini tengah. Ia (Grealish) membawa itu ke tim. Dia pantas dimainkan,” ujar De Bruyne.