In-depth

Banyak Incar Pemain Indonesia, Klub Liga Malaysia Tak Semanis yang Dibayangkan

Senin, 16 November 2020 19:31 WIB
Editor: Lanjar Wiratri
© Twitter/@faselangormy
Liga 1 yang tak kunjung berjalan membuat beberapa pemain Indonesia mulai melirik kesempatan lain untuk berkarier di luar negeri. Copyright: © Twitter/@faselangormy
Liga 1 yang tak kunjung berjalan membuat beberapa pemain Indonesia mulai melirik kesempatan lain untuk berkarier di luar negeri.

INDOSPORT.COM - Liga 1 yang tak kunjung berjalan membuat beberapa pemain Indonesia mulai melirik kesempatan lain untuk berkarier di luar negeri. Malaysia menjadi salah satu pilihan, namun ternyata tak semua klub Malaysia mulus membayar gaji pemainnya.

Dalam beberapa waktu belakangan, kabar mengenai pemain-pemain Indonesia yang akan bermain di luar negeri ramai jadi perbincangan. Maklum saja, kompetisi di Indonesia yang mandek karena alasan pandemi corona membuat para pemain merana.

Selain Thailand, Malaysia juga menjadi destinasi favorit pesepak bola Tanah Air untuk melanjutkan karier mereka. Sebut saja Evan Dimas dan Hansamu Yama yang dikabarkan selangkah lagi bakal hengkang dari kompetisi Liga 1 dan merapat ke klub Liga Super Malaysia.

Menurut salah satu jurnalis Malaysia dari media The Star menyebut jika agen dari Evan dan Hansamu kini mulai mencari klub Malaysia yang cocok untuk klien mereka itu.

Evan Dimas memang punya pengalaman memperkuat klub Malaysia yakni Selangor FA. Sementara jika hal tersebut benar, memperkuat klub Negeri Jiran akan menjadi pengalaman pertama untuk Hansamu Yama.

Meski kompetisi berjalan dan lebih stabil ketimbang Liga di Indonesia yang tak jelas dan rencananya baru akan bergulir lagi pada 2021, namun klub Liga Super Malaysia juga tak lepas dari kekurangan.

Salah satu yang menjadi masalah pelik dari klub Malaysia ialah gaji beberapa klub yang masih menunggak dan tentu dipermasalahkan. Setidaknya pada Agustus tahun ini, ketidakmampuan beberapa klub Malaysia membayar gaji pemain disoroti mantan pemain Malaysia, Datuk Jamal Nasir Ismail.

"Saya sudah sering berbicara, 'ukur baju di badan sendiri', tapi orang tak mendengar. Kalau ambil pemain mahal untuk mendapatkan piala dan ada yang bilang bila tim kalah, nanti pendukung tak datang ke stadion, itu semua alasan yang tak boleh dipakai," katanya seperti dikutip dari Berita Harian.

Ia menganggap banyak klub Malaysia yang tak sadar dengan kemampuan keuangan mereka yang membuat tunggakan gaji dan merugikan pemain. Kepengurusan klub sepak bola Malaysia juga menjadi sorotannya.

Sama seperti di Indonesia, dinamika kepengurusan klub yang masih dimiliki para pengurus federasi juga dipermasalahkan. Bentuk klub-klub super Malaysia yang masih FA atau asosiasi sepak bola juga dituntut untuk segera diubah menjadi FC (Football Club atau klub sepak bola).

"Kita (pemain) ini sudah profesional, tapi pengurus klub masih belum. Jika saya berbicara nanti akan ada yang marah, tapi saya kan berbicara berdasarkan fakta," tambah Datuk Jamal.