In-depth

Napak Tilas Perjalanan Sepak Bola Indonesia dari Masa ke Masa

Senin, 24 April 2023 15:00 WIB
Penulis: Zainal Hasan | Editor: Prio Hari Kristanto
© Grafis: Indosport.com
Toyo Haryono salah satu pemain di Timnas Indonesia di Sea Games 1991. Copyright: © Grafis: Indosport.com
Toyo Haryono salah satu pemain di Timnas Indonesia di Sea Games 1991.

INDOSPORT.COM - Sepak bola di Indonesia sepertinya memang menjadi satu kisah yang sangat menarik untuk diketahui. Mungkin kini roda sepak bola di Indonesia sudah semakin maju dan semakin menjadi industri untuk semakin nyaman dinikmati.

Namun siapa sangka jauh sebelum itu semua, perkembangan sepak bola di Indonesia ternyata memiliki cerita tersendiri di mata para legenda Timnas Indonesia.

Sebut saja beberapa legenda dari lintas generasi memiliki masalah tersendiri dari perjalanan sepak bola Indonesia.

Mereka adalah Rully Nere, Robby Darwis yang sudah berjuang membela sepak bola Indonesia di tahun 80an.

Lalu ada Toyo Haryono yang berjuang di tahun 90an serta ada Firman Utina yang bisa dikatakan besar di sepak bola Indonesia tahun 2000an. Dari para legenda inilah ada kisah indah tersendiri untuk perkembangan sepak bola Indonesia.

Cerita Rully Nere dan Robby Darwis dari Masa Perserikatan

Rully Nere dan Robby Darwis dapat dikatakan hidup saat sepak bola Indonesia di masa perserikatan.

Robby Darwis, yang merupakan jebolan kompetisi perserikatan dan timnas Indonesia jua merefleksi perjalanan PSSI dari dahulu. 

Dia bercerita awal-awal sebagai pemain, terutama saat PSSI menggabungkan Galatama dan Perserikatan.

"Waktu itu masuk Persib era perserikatan pada tahun 1982 dan 1983, kelas dua SMA. Fanatisme daerahnya luar biasa cukup fantastis," buka Robby Darwis.

"Saya sering juga liat tim Galatama ikut kompetisi yang cukup luar biasa. Waktu itu final di GBK 150 ribu (penonton). Saya juga kaget karena waktu itu masih junior. Tapi begitu masuk final dengan kapasitas itu, masuk lapangan itu tegang."

© Dok. Sunardi
Skuat PSMS Medan saat juara Perserikatan 1985 yang diperkuat Sunardi A dan Sunardi B. Copyright: Dok. SunardiSkuat PSMS Medan saat juara Perserikatan 1985 yang diperkuat Sunardi A dan Sunardi B.

"Pengalaman yang saya rasakan waktu itu dari perserikatan, pemain sudah matang, topnya di situ tidak ada pemain asing, lokal semua. Penggabungan galatama & liga itu pressure-nya cukup besar," cerita Robby.

Rully Nere pun merasakan hal senada di mana dia bermain dari satu klub ke klub lainnya pada masa kala itu.

"Tahun 1977 saya perserikatan, Persipura. Kemudian tahun 1978 hijrah ke Jakarta untuk memperkuat Persija. Waktu itu ada lima klub lima besarnya perserikatan, sangat fanatik. PSMS, Persija, Persebaya, PSM dan Persiraja. Persib belum termasuk waktu itu. Perserikatan zaman itu tinggi sekali (persaingannya)," jelas dia.

"Di kejuaraan nasional tahun 1978 di putaran pertama Persebaya juara, kemudian di putaran kedua juara bersama PSMS. Setelah itu akhirnya terbentuk Galatama. Jadi Galatama pertama saya di Warna Agung Jakarta. Ada 14 klub pertama."

© Arif Rahman/Indosport.com
Legenda Timnas Indonesia dan Persipura, Rully Nere ditemui di Lapangan Sabilulungan, Kabupeten Bandung, Senin (28/03/22). Foto: Arif Rahman/Indosport.com Copyright: Arif Rahman/Indosport.comLegenda Timnas Indonesia dan Persipura, Rully Nere ditemui di Lapangan Sabilulungan, Kabupeten Bandung, Senin (28/03/22). Foto: Arif Rahman/Indosport.com

"Zaman itu kompetisinya berjalan bagus, tidak ada laga-laga tunda seperti sekarang, kemudian (kompetisinya) menghasilkan pemain-pemain yang bagus karena banyak pemain dari sebelumnya di perserikatan," sambungnya.