Petarung Indonesia Diremehkan Eks Juara ONE Championship Jelang Duel Rematch di ONE 158

Senin, 30 Mei 2022 11:50 WIB
Penulis: Nadia Riska Nurlutfianti | Editor: Prio Hari Kristanto
© ONE Championship
Mantan juara dunia ONE Championship, Alex Silva, meremehkan petarung Indonesia, Adrian Mattheis, di duel rematch ONE 158. Copyright: © ONE Championship
Mantan juara dunia ONE Championship, Alex Silva, meremehkan petarung Indonesia, Adrian Mattheis, di duel rematch ONE 158.

INDOSPORT.COM – Mantan juara dunia ONE Championship, Alex Silva, meremehkan petarung Indonesia, Adrian Mattheis di duel rematch.

Seperti yang diketahui petarung Indonesia, Adrian Mattheis akan berhadapan dengan seniman bela diri asal Brasil sekaligus mantan juara dunia, Alex Silva, di kelas MMA divisi strawweight ajang ONE 158 pada Jumat (03/06/22).

Duel rematch ini bakal menjadi jawaban dari rasa penasaran usai pertarungan keduanya yang berujung kontroversial pada 11 Maret lalu.

Petarung Indonesia berjuluk “Papua Badboy” itu keluar sebagai pemenang lewat technical knockout (TKO) pada ronde kedua menyusul pukulan telak yang menjatuhkan Silva.

Berdasarkan rilis ONE Championship, wasit pun segera melerai demi melindungi Alex Silva dan kemudian memberikan kemenangan untuk Adrian Mattheis.

Meski keputusan wasit telah bulat, tetapi Silva merasa masih bisa melanjutkan laga dan tengah mengincar kaki Adrian untuk melancarkan kuncian saat sang pengadil menghentikan laga.

Ini juga menjadi momen kekalahan knockout pertama dalam karier Silva, yang pernah meraih sabuk juara dunia ONE Championship.

Meski mengaku respek dengan semua petarung, namun Alex Silva tetap tak mengakui kemampuan Adrian Mattheis, serta menolak menyebut bahwa Papua Badboy adalah salah latu lawan paling berbahaya yang pernah ia hadapi.

“Tidak. Dia bukan termasuk (lawan paling berbahaya). Anda tahu saya sangat menghormatinya, begitu pun dengan semua atlet yang ada di divisi ini,” kata Alex Silva.

“Hanya saja saya telah banyak melawan atlet lain seperti Juara Dunia (Joshua) Pacio. Saat itu, saya mengontrol jalannya laga. Tapi tak apa, hal terpenting adalah memberi respek pada lawan,” lanjutnya.