Liga Indonesia

Kisah Manis-Pahit Ratu Tisha Terhadap Cintanya Pada Sepak Bola Indonesia

Selasa, 14 April 2020 10:02 WIB
Penulis: Tiyo Bayu Nugroho | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Berikut ini merupakan kisah manis hingga pahit dari perjalanan seorang Ratu Tisha Destria terhadap kecintaannya pada sepak bola Indonesia.

Ratu Tisha sudah sejak SMA merambah ke dunia sepak bola. Hal ini dibuktikan dengan menjadi manajer tim sepak bola SMA 8 Jakarta.

Bahkan Tisha turut mengikuti pertukaran antarbudaya AFC di Leipzig Jerman perihal belajar manajemen olahraga, tepatnya sepak bola.

Ketika memasuki masa kuliah, Tisha juga sempat menjadi manajer PS ITB. Berkat kepiawaian Tisha, PS ITB sempat promosi ke divisi utama Liga Mahasiswa Jabar.

Perannya di sepak bola semakin kelihatan jelas usai mendirikan Labbola yang bergerak dibidang statistik performa tim.

Lalu di 2013, Tisha menjadi perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar Master of Art FIFA dengan menempati peringkat ketujuh dari 28 siswa.

Master of Art FIFA merupakan program yang menggandeng beberapa universitas di dunia untuk mempelajari Sport Humanity, Manejemen Olahraga, dan Hukum Olahraga.

Tiga tahun berselang, Tisha didapuk sebagaiDirektur Kompetisi dan Regulasi PT Gelora Trisula kala menjadi operator Torabika Soccer Championship (TSC).

© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Sekretariat Jenderal PSS, Ratu Tisha. Copyright: Herry Ibrahim/INDOSPORTSekretaris Jenderal PSS, Ratu Tisha.

Perempuan kelahiran Jakarta 30 Desember 1985 ini juga menguasai enam bahasa, yakni Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Belanda, dan Indonesia.

Hingga akhirnya Ratu Tisha dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Sekjen PSSI) sejak 17 Juli 2017.

Tisha menggantikan Sekjen PSSI sebelumnya, yakni Ade Welington. Kala itu, Tisha menjabat pada era Edy Rahmayadi (2016-20).

Selama menjalani masa baktinya di PSSI, Tisha turut mengalami hal manis dan pahit. Tentu saja hal ini sesuai dengan kapasitasnya sebagai Sekjen PSSI.

Mulai dari menghadirkan sejumlah kompetisi kelompok usia seperti U-16, U-18, dan U-20, serta Liga 1 Putri meski bisa disebut belum sempurna.

Tisha juga menjadi sosok yang luar biasa lantaran bisa dipercaya untuk memanggul beban sebagai Wakil Presiden AFF periode 2019-23.

Tak hanya itu, Tisha turut menjadi garda terdepan dalam membuat Indonesia dipercaya oleh FIFA untuk menggelar hajat akbar Piala Dunia U-20 2021 mendatang.

Meski tak sendiri, tepatnya bersama tim PSSI, Tisha berhasil menyelesaikan 205 dokumen sebagai syarat bidding ke FIFA.

© Muhammad Adiyaksa/INDOSPORT
Ketua Umum PSSI, Edy Rahmaydi dan sekertarisnya Ratu Tisha nobar pertandingan Timnas U-19 di markas Kopassus. Copyright: Muhammad Adiyaksa/INDOSPORTKetua Umum PSSI, Edy Rahmaydi dan sekertarisnya Ratu Tisha nobar pertandingan Timnas U-19 di markas Kopassus.

Tisha juga terjun langsung untuk menyampaikan hal tersebut ke pejabat setempat yang dipercaya menjadi tempat penyelenggaraannya Piala Dunia U-20 2021.

Dalam beberapa kesempatan, terlihat Tisha menyambangi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani untuk berdiskusi agar Stadion Gelora Bung Tomo bisa dipakai.

Tisha sempat hadir di tengah-tengah para pemain Garuda Select yang sedang menjalani program latihan dari PSSI di Inggris.

Mantan Sekjen PSSI itu juga menghadiri acara AFF, sebagai perwakilan PSSI, dalam menerima anugerah pada tahun 2019 lalu.

Banyak sekali kisah manis yang jika diurai sangat banyak ditorehkan oleh Ratu Tisha selama menjadi Sekjen PSSI dalam tiga tahun terakhir.

Namun ada pula kisah kurang mengenakan kala Tisha sempat berurusan dengan pihak kepolisian untuk dimintai keterangan terkait kasus mafia sepak bola.

Tak hanya itu, Tisha juga beberapa kali mendampingi mantan Ketum PSSI Joko Driyono yang tersandung kasus hukum kala menghilangkan barang bukti.

Beragam kritikan kerap dilayangkan ke Tisha sebagai Sekjen PSSI jika dunia sepak bola Tanah Air sedang tidak baik-baik saja.

© Shintya Anya Maharani/Indosport.com
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Ratu Tisha Destria kembali memenuhi panggilan penyelidikan dari Bareskrim Polri di Gedung Ombudsman RI pada Jumat, (04/01/19). Copyright: Shintya Anya Maharani/Indosport.comSekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Ratu Tisha Destria kembali memenuhi panggilan penyelidikan dari Bareskrim Polri di Gedung Ombudsman RI pada Jumat, (04/01/19).

Pada final leg kedua Piala Indonesia 2018-19, Tisha mendapat 'hadiah' dari suporter lewat umpatan-umpatan kurang mengenakan. Namun Tisha tetap santai meladeninya.

Kisah pahit paling berat dialami Tisha bisa saja kala kehilangan sosok ayahanda tercinta Tubagus Adhe yang wafat pada 24 Oktober 2019.

Belakangan sejak PSSI dipimpin oleh Mochamad Iriawan, peran Tisha tak sesentral dulu sebagai Sekjen. Bahkan Tisha mendapat tambahan amunisi.

Dimana Maaike Ira Puspita dipercaya menjadi Wasekjen PSSI untuk mengatasi persoalan administrasi ke pihak-pihak terkait.

Puncaknya, Tisha mendapat kritik tajam dari Eks Ketum PSSI dan anggota Komisi X DPR Ri Djohar Arifin Husein. Iriawan pun hanya bisa minta maaf.

Puncaknya, Tisha resmi mengundurkan diri sebagai Sekjen PSSI yang diumumkan langsung lewat unggahan di akun media sosial Instagram pribadinya.

"Saya bersyukur pernah meraih kesempatan bekerja untuk melayani anggota PSSI, pemain, pelatih, wasit, matchcomissioner, instruktur, dan para pecinta sepak bola sejak 17 Juli 2017," kata Tisha, Senin (13/04/20).

Kini PSSI dikabarkan tengah mencari Sekjen baru. Namun hal tersebut harus dirapatkan terlebih dahulu oleh Ketum PSSI dan Exco PSSI.