In-depth

Mempertanyakan Kredibilitas UEFA dan FFP dalam Pencabutan Sanksi Manchester City

Selasa, 14 Juli 2020 10:47 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Pencabutan sanksi larangan tampil di Eropa selama dua tahun oleh CAS terhadap Manchester City menimbulkan keraguan pada kredibilitas UEFA dan aturan FFP. 

Kabar mengejutkan datang dari sepak bola Eropa. Klub raksasa Liga Inggris, Manchester City, resmi lolos dari ancaman sanksi UEFA dan tetap akan bermain di Liga Champions musim depan. The Citizens berhasil memenangkan sidang yang digelar di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), Senin (13/07/20).

Sebelumnya, Manchester City mendapat sanksi dari UEFA berupa larangan tampil di kompetisi Eropa selama dua musim ke depan. Sebab, UEFA telah menemukan sejumlah bukti bahwa Man City melakukan pelanggaran pada aturan FFP. 

Badan Pengawas Keuangan Klub Eropa (CFCB) milik UEFA menyatakan bahwa Manchester City telah bersalah melanggar aturan Financial Fair Play (FFP). 

Dalam keterangan resminya, UEFA menyebut City tak mampu menutupi kerugian dan kedapatan melebih-lebihkan angka pendapatan sponsor di akunnya dalam laporan neraca keuangan yang dikirimkan pada rentang tahun 2012-2016. 

City juga dinyatakan bersalah karena gagal bersikap kooperatif dalam penyelidikan kasus oleh CFCB yang sudah dimulai sejak akhir tahun 2018. 

Dengan sanksi ini, itu artinya Man City tak boleh bermain di kompetisi Liga Champions atau pun Liga Europa untuk musim 2020-2021 dan 2021-2022. 

Tak cuma larangan tampil di kompetisi eropa, dilansir dari Sky Sports, City juga didenda sebesar 24,9 juta pound (Rp468 miliar) karena 'pelanggaran serius' pada peraturan Financial Fair Play.

Setelah kabar itu tersiar, pihak Man City langsung merilis pernyataan resmi. Pihak City menuding ada kecacatatan dalam proses penyelidikan yang dilakukan oleh UEFA. 

Klub pun dipastikan mengadu secara resmi ke Badan Disiplin UEFA sesuai dengan regulasi CAS. Dan belakangan City keluar sebagai pemenang dalam persidangan yang digelar oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga tersebut sehingga membuat mereka bisa bermain di kompetisi Eropa musim depan. 

Mempertanyakan Kredibilitas UEFA dan Sanksi FFP

Keputusan CAS untuk membebaskan Man City dari larangan tampil di kompetisi Eropa jelas mengundang pertanyaan. CAS mengklaim tidak ada yang salah dari laporan keuangan tersebut dan City hanya didenda 10 juta euro. 

Hal ini membuat banyak pihak berang karena menganggap CAS tak punya nyali di depan Man City. Bahkan muncul tudingan bahwa Man City telah menyuap para penyelidik CAS.

Keputusan dari CAS ini secara langsung membuat malu UEFA dan memojokkan aturan Financial Fair Play yang mereka buat. Bagaimana mungkin penyelewengan aturan FFP yang begitu gamblang dilakukan Manchester City hanya berbuah sanksi 10 juta euro?

Klub milik Sheik Mansour itu bahkan mendapat 'korting' denda dari 30 juta (Rp 492 miliar) menjadi 10 juta (Rp164 miliar) euro, yang juga menjadi pukulan telak untuk Badan Kontrol Keuangan Klub UEFA (CFCB).

Kredibilitas UEFA dalam kasus Man City dipertanyakan, padahal selama ini klub-klub menjadikan aturan UEFA sebagai tolak ukur. Apalagi banyak klub-klub yang 'menderita' karena terjerat aturan Financial Fair Play

Manajemen The Citizens sendiri selama ini berkeras mereka tidak bersalah. Namun, dicabutnya hukuman ini akan membuat banyak pihak meragukan efektivitas aturan FFP.

Jika pada akhirnya bebas dari sanksi, lalu buat apa aturan ketat FFP diberlakukan oleh klub-klub? Apakah UEFA yang tidak kompeten, atau CAS yang tidak memiliki integritas?

Maka benarlah sindiran yang diutarakan oleh legenda Timnas Inggris, Gary Lineker. Top skor Piala Dunia 1986 ini meragukan kekuatan UEFA di depan klub-klub kaya yang pelanggar aturan. 

“Sulit melihat bagaimana aturan FFP milik UEFA bisa bertahan dari situasi ini. Bahkan, apakah UEFA bisa bertahan dari putusan ini?”