In-depth

Sejarah Rayuan Maut Roberto Mancini kepada Presiden Legendaris Inter Milan

Selasa, 15 Desember 2020 08:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© Pinterest
Roberto Mancini saat masih berkarier sebagai pemain di Sampdoria. Copyright: © Pinterest
Roberto Mancini saat masih berkarier sebagai pemain di Sampdoria.

INDOSPORT.COM - Roberto Mancini adalah satu dari segelintir pelatih Inter Milan yang menelurkan sederet prestasi membanggakan dalam kurun waktu dua dasawarsa terakhir. Tak mengherankan bila namanya memiliki tempat tersendiri di hati para Interista. 

Konon, terdapat kisah unik di balik kesuksesan Mancini selama menukangi Inter pada periode pertamanya, yakni 2004-2008. Dia menghadirkan tiga scudetto, dua Coppa Italia (2), dua Supercoppa Italiana (2), sekaligus membangun fondasi tim yang di kemudian hari merajai Eropa (2009-2010).

Keputusan Mancini menerima pinangan Inter Milan pada musim panas 2004 merupakan andil Massimo Moratti, yang tak lain merupakan presiden klub kala itu. 

Dia disebut sudah ditaksir jauh sebelum berganti profesi menjadi pelatih, tepatnya saat masih merumput di Sampdoria edisi 1996-1997.

Moratti menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kejeniusan Roberto Mancini dalam pertandingan Serie A Italia melawan timnya di Giuseppe Meazza, 15 Desember 1996. 

Inter Milan sempat memimpin 3-1 berkat sepasang gol Marco Branca pada menit ke-11 dan 46 plus aksi Nicola Berti (42’) setelah ketinggalan terlebih dulu akibat torehan cepat Vincenzo Montella (7’).

Namun, sisa laga menjelma sebagai panggung atraksi kehebatan Mancini. Dia mengotaki kebangkitan Sampdoria mengejar, bahkan melampaui skor Inter Milan via operan-operan akurat plus naluri gol kelas wahid di pengujung laga.

Roberto Mancini begitu dingin meneruskan umpan silang mendatar Juan Veron semenit menjelang bubaran. Penampilannya mengundang komentar bernada tercengang dari pelatih Sampdoria, Sven Goran Eriksson.

“Saya tak tahu apakah gol Mancini malam itu berpengaruh besar baginya atau tidak, tapi proses kebangkitan kami benar-benar terasa seperti sebuah film saja,” kata Eriksson seperti dikutip dari Tabloid BOLA edisi 666 (Minggu Ketiga Desember 1996).

Di sisi lain, Mancini benar-benar membuat Massimo Moratti jatuh hati serta menampar wajah pelatih Inter Milan, Roy Hodgson, selaku oknum yang pernah memandang rendah dirinya dengan kalimat “Siapa itu Mancini? Untuk apa kami repot-repot membelinya”.

Kendati begitu, Mancini rupanya tak berminat bergabung ke Inter Milan sampai resmi gantung sepatu pada 2001. Setelah berganti profesi menjadi pelatih, barulah ia benar-benar menerima pinangan Signor Moratti.

"Satu-satunya ganjalan saya pindah ke Inter Milan bukan Roy Hodgson atau siapa pun. Kecintaan saya kepada Sampdoria lebih besar daripada hal itu," cetus Mancini.

Sekadar mengingatkan, Roberto Mancini kini menangani timnas Italia. Ia menjabat sejak 2018, usai mengundurkan diri dari klub top Rusia, Zenit St. Petersburg, berdasarkan kompromi dan kesepakatan kedua belah pihak.

Selain Inter Milan dan Zenit, klub-klub yang pernah menggunakan jasa Mancini sebagai pelatih antara lain Fiorentina (2001-2002), Lazio (2002-2004), Manchester City (2009-2013), dan Galatasaray (2013-2014).

Dari sederet klub tersebut, nama Mancini paling menonjol saat memegang kendali manajerial di Manchester City. Dialah peletak fondasi generasi emas klub yang berisikan David Silva, Edin Dzeko, Samir Nasri, dan Sergio Aguero.

Bersama Manchester City, Roberto Mancini mempersembahkan tiga trofi, yaitu Liga Inggris (2011-2012), Piala FA (2010-2011), dan Community Shield (2012).

Susunan Pemain:

Inter Milan (4-4-2): 1-Pagliuca; 20-Angloma, 13-Festa, 7-Fresi, 2-Bergomi; 21-Sforza (14-Winter 69’), 8-Ince, 10-Berti; 18-Djorkaeff 23-Ganz (3-Pistone 76’), 27-Branca
Cadangan: 12-Mazzantini, 5-Galante, 15-D'Autilia
Pelatih: Hodgson (Ing)

Sampdoria (4-4-2): 1-Ferron; 6-Sacchetti, 5-Mannini, 11-Mihajlovic, 7-Pesaresi; 14-Karembeu (25-Carpatelli 75’), 4-Franceschetti, 20-Veron, 13-Invernizzi (15-Salsano 49’), 9-Montella (3-Evani 90’), 10-Mancini
Cadangan: 12-Sereni, 16-Jacopino, 19-Vergassola, 24-Dieng
Pelatih: Eriksson (Swe)

Stadion: Giuseppe Meazza (45.251)
Gol: Branca 11', 46', Berti 42’/Montella 7', 57', Franceschetti 85', Mancini 90'
Wasit: Torino
Kartu Kuning: Franceschetti (S)
Kartu Merah: -