Bola Internasional

Pieter Huistra, Singkat di Timnas Indonesia Hingga Komentari Konflik Eredivisie

Rabu, 29 April 2020 10:09 WIB
Penulis: Tiyo Bayu Nugroho | Editor: Lanjar Wiratri
© Riki Ilham Rafles/Indosport
Pria kelahiran Belanda bernama Pieter Huistra pernah jadi pelatih di Timnas Indonesia dengan periode singkat hingga kini komentari Eredivisie terhenti. Copyright: © Riki Ilham Rafles/Indosport
Pria kelahiran Belanda bernama Pieter Huistra pernah jadi pelatih di Timnas Indonesia dengan periode singkat hingga kini komentari Eredivisie terhenti.

INDOSPORT.COM - Pria kelahiran Belanda bernama Pieter Huistra pernah jadi pelatih di Timnas Indonesia dengan periode singkat hingga kini mengomentari Eredivisie terhenti.

Publik sepak bola nasional mungkin banyak yang belum tahu akan sosok Pieter Huistra. Padahal lima tahun lalu dirinya pernah melatih Timnas Indonesia.

Tepatnya pada 20 November 2014 lalu, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengenalkan Pieter kehadapan publik sebagai Direktur Teknik.

Pieter dikontrak oleh PSSI selama dua tahun ke depan atas rekomendasi FIFA. Penandatanganan kontrak resmi berlangsung di Jakarta, Rabu (04/12/14).

"Saya berharap nanti ada peningkatan prestasi dengan modal besar yang dimiliki Indonesia," ujar Pieter ke awak media.

Sementara Sekjen PSSI (kala itu) Joko Driyono menjelaskan kalau Pieter telah bekerja lebih dulu dalam sepekan terakhir dalam meninjau berbagai hal.

"Termasuk mendatangi beberapa tempat untuk mendapatkan masukan program apa yang harus dia buat," papar Joko Driyono pada kesempatan yang sama.

Pieter memiliki sejumlah fokus utama yang diharapkan bisa membawa permainan sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik ke depannya.

Pelatih berusia 53 tahun itu menjelaskan kalau dirinya ingin membangun perkembangan tim, terus berinovasi, dan hasil yang berdasarkan pemikiran strategis.

"Lalu sepak bola dengan gaya menyerang, pengembangan pemain usia muda, manajemen yang baik, menerapkan struktur klub profesional, dan lingkungan sepak bola sehat," ujar Pieter.

Apa yang diharapkan Pieter dalam menjadi Direktur Teknik PSSI memang sah-sah saja. Lantaran itu merupakan dasar membuat sepak bola Indonesia maju.

Akan tetapi kehadiran Pieter di Indonesia kurang mengenakan. Pasalnya PSSI saat itu memiliki konflik internal yang cukup mengusik publik.

© Ginanjar/INDOSPORT
Caption Copyright: Ginanjar/INDOSPORTMantan Direktur Teknik PSSI dan pelatih Timnas Indonesia Pieter Huistra (Belanda).

Selang lima bulan kemudian, 7 Mei 2015, Pieter ditunjuk jadi pelatih sementara Timnas Indonesia untuk dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2018.

Penunjukan dilakukan usai rapat anggote Komite Eksekutif (Exco) PSSI. Kabar tersebut diutarakan langsung oleh Sekjen PSSI (kala itu) Azwan Karim.

"Pieter akan menjadi pelatih interim dulu dan akan dievaluasi dua laga awal Timnas Indonesia melawan China Taipei dan Irak (Juni)," ujar Azwan.

Bukan tanpa sebab PSSI memutuskan hal tersebut. Karena, lanjut Azwan, situsasi sepak bola nasional saat ini memang belum memungkinkan menunjuk pelatih tetap.

"Banyak pelatih yang mulanya ingin menukangi Timnas Indonesia jadi ragu usai melihat situasi yang dialami PSSI saat ini," tutur Azwan.

Di sisi lain, Pieter mengaku berupaya untuk memenangkan dua pertandingan tersebut dan membawa kembali semangat positif untuk sepak bola Indonesia.

"Jadi nantinya dunia akan mengetahui kalau Indonesia memiliki pemain bagus dan bertalenta," papar Pieter.

Akan tetapi pada 30 Mei 2015, Indonesia, tepatnya PSSI diberi sanksi oleh FIFA untuk melarang semua kegiatan sepak bola domestik dan internasional.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Pieter Huistra (@pieterhuistra) on

Bukan tanpa sebab FIFA menjatuhkan hukuman tersebut. Pasalnya PSSI bersitegang dengan Kemenpora, dimana FIFA mengharamkan adanya intervensi dari pemerintah.

Sampai akhirnya Pelatihan Nasional Timnas Indonesia dibatalkan. PSSI dan Badan Tim Nasional pun mengambil kebijakan atas pembekuan dari FIFA.

Pieter Huistra dibebastugaskan dari jabatan Direktur Tektik dan pelatih sementara oleh PSSI pada 8 Desember 2015 usai kedua belah pihak melangsungkan pertemuan.

Pasca hengkang dari Timnas Indonesia, Pieter sempat menjadi pelatih klub asal Jepang Iwaki FC (2016) dan menjadi advisor tim Slovakia AS Trencin (2017).

Kemudian menjadi asisten pelatih klub Uzbekistan Pakhtakor dari 1 Juli 2017 hingga 30 Juni 2020. Kontraknya bisa saja diperpanjang klub.

Komentari Eredivisie Resmi Dihentikan

© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Caption Copyright: Herry Ibrahim/INDOSPORTMantan Direktur Teknik PSSI Pieter Huistra (Belanda).

Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) resmi mengehentikan kompetisi Eredivisie dan di bawahnya akibat dampak virus corona (COVID-19) yang tak kunjung usai.

"KNVB memahami bahwa apapun keputusan yang dibuat, setiap posi pasti akan menyakitkan banyak pihak," tulis KNVB dilaman resmi mereka, Jumat (24/04/20).

Mengetahui hal tersebut, eks pelatih Timnas Indonesia Pieter Huistra turut buka suara. Dirinya menilai KNVB membuat keputusan atas aturan dari Pemerintah Belanda.

"UEFA pekan lalu sudah menjelaskan tentang federasi di tiap negara bisa menghentikan liga musim ini jika ada perintah resmi yang melarang acara olahraga," papar Pieter dikutip The Herald Scotland, Selasa (28/04/20).

Terlebih KNVB berada dalam situasi sulit dan tidak bisa menyenangkan semua orang. Apalagi Eredivisie Belanda masih menyisakan hampir sembilan laga.

"Itu hampir sepertiga dari liga dan terlalu berlebihan untuk mendapatkan satu klub bisa menjadi juara," sambung Pieter.

Padahal Ajax Amsterdam saat ini tengah memimpin daftar puncak klasemen sementara Eredivisie 2019-20 dengan mengoleksi 58 poin. Namun gagal juara usai resmi dihentikan.

Dikabarkan pula oleh sejumlah media massa setempat kalau perwakilan klub, sponsor, dan pihak yang terlihat ingin membawa hal ini ke pengadilan.

"Mengapa pergi ke pengadilan untuk mencoba mendapatkan dana kompensasi? Semua orang kalah pada saat ini. Saya pikir semua orang harus menerima situasinya," heran Pieter.

Dirinya berharap kalau pihak televisi, pers, pemain, sponsor, klub, hingga suporter bisa saling merangkul satu sama lain karena situasi yang tak terelakan ini.